Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prasasti Rakryan Juru Pangambat, Jejak Tua Toponimi Sunda yang Hilang Dicuri

Prasasti Rakryan Juru Pangambat, Jejak Tua Toponimi Sunda yang Hilang Dicuri
Prasasti Rakryan Juru Pangambat
WARTA PUSAKA - Prasasti Kebonkopi II atau juga dikenal sebagai Prasasti Rakryan Juru Pangambat menjadi salah satu peninggalan sejarah paling awal yang menyebut nama "Sunda". Prasasti ini ditemukan di Desa Kebon Kopi, Bogor, pada abad ke-19, saat proses pembukaan lahan untuk perkebunan kopi. Tidak jauh dari lokasi ini, terdapat juga Prasasti Kebonkopi I atau Prasasti Tapak Gajah, yang sama-sama berasal dari era Kerajaan Sunda.

Namun, keberadaan prasasti ini sangat disayangkan. Prasasti Rakryan Juru Pangambat hilang dicuri sekitar tahun 1940-an, meninggalkan banyak misteri dan interpretasi.

Peninggalan yang Membawa Toponimi Sunda

Prasasti ini memuat teks dalam aksara Kawi dan bahasa Melayu Kuno, yang menurut ahli epigrafi F.D.K. Bosch, mengandung kalimat, “berpulihkan hajiri Sunda.” Artinya, Raja Sunda kembali memegang kendali kerajaannya. Bosch menduga prasasti ini berasal dari tahun 932 Masehi, atau sekitar 458 Saka, dan menjadi bukti kuat bahwa kekuasaan Sunda kala itu kembali tegak.

Nama “Rakryan Juru Pangambat” dalam prasasti ini mengindikasikan bahwa sang Raja adalah seorang pemburu ulung, yang mungkin menunjukkan keterampilannya dalam menjaga stabilitas atau memburu ancaman bagi kerajaan.

Pengaruh Sriwijaya dan Perkembangan Sunda

Teks prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuno menjadi bukti penting bahwa Kerajaan Sriwijaya memiliki pengaruh di Jawa Barat. Bosch juga membandingkan prasasti ini dengan peristiwa bersejarah pada tahun 929, ketika pusat kekuasaan di Jawa berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa Kerajaan Sunda semakin independen di tengah perubahan kekuasaan di pulau Jawa.

Sejarawan Prancis Claude Guillot dan ahli sejarah Indonesia, M.C. Ricklefs, menganggap bahwa prasasti ini mungkin menjadi penanda awal berdirinya Kerajaan Sunda. Bagi masyarakat Sunda, ini menjadi bukti sejarah awal eksistensi nama “Sunda” yang berharga.

Sayang, Kini Hanya Jejak Cerita

Sayangnya, prasasti ini hilang dicuri pada 1940-an dan tidak pernah ditemukan hingga kini. Namun, jejak cerita dan interpretasi para ahli tetap menyimpan warisan dan kebesaran sejarah Sunda di masa lalu. Prasasti Rakryan Juru Pangambat adalah warisan yang hilang, tetapi maknanya tetap hidup sebagai bagian dari perjalanan sejarah bangsa dan toponimi Sunda.***